Sabtu, 14 November 2015

Fatma Ulfah ~Resensi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong~ TereLiye




 Bahasa Indonesia
Resensi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ~ Tere Liye


Identitas Buku
Judul                                 : Ayahku (Bukan) Pembohong
Pengarang                         : Tere - Liye
Penerbit                            : PT Gramedia Pustaka Utama
Perancang Sampul             : Lambok Hutabarat
Tahun Terbit                      : April 2011
Kota Terbit                       : Jakarta
Cetakan                            : Keduabelas Desember 2014
Tebal Novel                      : 308 halaman, 20 cm
Harga Novel                     : Rp. 45.000,00
ISBN                                : 978 – 979 – 22 – 6905 – 5
Gambar Kover                 : Berwarna biru dengan latar belakang langit berawan putih dengan apel berwarna emas yang berjendela dua. Pada jendela pertama memperlihatkan pesepakbola bernama El Capitano dan teman-temannya serta pada jendela kedua menggambarkan sebuah lembah Bukhara dengan pohon hijau yang besar berada di tengah-tengahnya.Selain itu, ada gambar lain yaitu sebuah layang-layang besar berwarna coklat yang ditumpangi oleh dua orang suku penguasa angin.
Sinopsis
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah sebuah novel inspiratif yang di tulis oleh Darwis atau yang lebih kita kenal dengan nama Tere - Liye. Tere - Liye adalah seorang penulis novel berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menerbitkan empat belas novel karangannya sendiri. Tere - Liye mempunyai seorang istri bernama Riski Amelia dan seorang putra bernama Abdullah Pasai. Tere - Liye lahir dan besar di pedalaman Sumatera. Dia anak keenam dari tujuh bersaudara. Dia pernah mengenyam pendidikan di SDN 2 Kikim Timur Sumsel, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9 Bandar Lampung dan Fakultas Ekonomi UI. Karya-karya Tere – Liye yang lain adalah, Kisah Sang Penandai, ELIANA (Serial Anak-Anak Mamak), Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, PUKAT (Serial Anak-Anak Mamak), BURLIAN (Serial Anak-Anak), Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, Senja Bersama Rosie, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur, dan The Gogons Series 1.
Novel ini dibuka dengan cerita saat Ayah Dam menceritakan cerita-cerita hebat kepada cucu-cucunya, anak Dam. Dam kesal pada ayahnya, namun ia berusaha menahan emosinya dan tetap duduk dengan diam. Ayah Dam yang merupakan lulusan S2 Hukum disalah satu Universitas terbesar di Eropa memilih jalan hidup yang sederhana, hanya sebagai pegawai biasa. Padahal beliau bisa saja menjadi pejabat tinggi, hakim ataupun jaksa. Tapi beliau justru memilih untuk menjadi pegawai biasa, kemana-mana menaiki angkutan umum dan hidup sederhana. Ibu Dam yang merupakan seorang mantan artis terkenal, yang dipuja dimana-mana, memilih untuk menikah dengan seorang yang sangat biasa yaitu ayah Dam dan juga memilih hidup yang sangat sederhana. Itulah pilihan kehidupan kedua orangtua Dam. Sederhana dan bahagia. Cerita berlanjut dengan kilas balik tentang kehidupan Dam kecil, seorang anak yang dibesarkan dengan cerita-cerita kesederhanaan hidup.Cerita-cerita itulah yang mendidik dan membangun karakternya sejak kecil. Dam adalah seorang anak biasa dari keluarga yang sangat sederhana. Tetapi kehormatan dan harga diri keluarga kecilnya itu tidak bisa terbayarkan. Ayahnya yang sangat ringan tangan, ramah, baik hati dan terkenal sangat jujur ini membuatnya dikenali dan disanjungi hampir seluruh masyarakat di kotanya. Bahkan dengan orang yang baru dikenalnya pun beliau sangat ramah dan tidak menunjukan raut wajah yang mencurigakan. Di Sekolah, Dam sering sekali diolok-olok oleh teman-temannya yang mengatakan bahwa ia si keriting dan juga si pengecut. Dikatakan si keriting karena memang rambutnya yang keriting, dikatakan si pengecut karena dia berusaha menggagalkan aksi balas dendam yang akan dilakukan teman-teman sekelasnya pada orang yang sudah memukul jarjit, teman sekelas Dam yang suka mengolok-olok juga suka mencari masalah dengan Dam. Bahkan mereka sampai terlibat beberapa kali perkelahian hanya karena masalah biasa.
Setiap hari Dam sangat antusias mendengarkan cerita ayahnya tentang Klan penguasa angin, danau para sufi, si raja tidur, lembah Bukhara dan apel emasnya, serta banyak cerita menarik lainnya tentang petualangan sang ayah sampai yang paling disenangi oleh Dam adalah cerita sang kapten bola klub kebanggaan Dam. Ayahnya cerita bahwa ia berteman dengan kapten dan mengenalnya bahkan pada saat ia berumur 8 tahun saat mengantarkan sup jamur ke kamarnya sewaktu masih kuliah di luar negeri. Saat itu belum ada tanda-tanda sang kapten akan menjadi pemain terbaik dunia dengan kondisi tubuhnya yang kurus, pakaian yang lusuh seperti tidak terawat. Namun dengan kegigihannya dan latihan-latihan kecil yang dilakukannya pada saat mengantarkan sup jamur pada pelanggannya dia kini menjadi pemain hebat yang sangat diidolakan oleh Dam, juga teman-temannya.
Dam sangat kaget ketika tahu ayahnya berteman dengan sang kapten. Dia sangat terkejut tapi juga senang. Dam ingin sekali mengirim surat ke kapten tapi ayahnya melarangnya karena hanya akan mengganggu aktivitas sang kapten. Larangan ayahnya membuat Dam marah dan menangis, bahkan sang ayah pun marah kepadanya karena keinginannya yang berlebihan itu. Hal itu lantas membuat Dam menyesal dan meminta maaf kepada sang ayah dan berjanji tidak akan mengungkit masalah ini lagi.
Waktu silih berganti saat sang kapten, idola Dam datang berkunjung ke kota tempat tinggal Dam dan keluarganya. Dam ingin sekali ikut, tapi ia juga sadar harga tiket itu sangat mahal untuk keluarganya. Bahkan setelah memecahkan celengannya, hasil menjadi pengantar Koran setiap hari belum juga cukup. Dam akhirnya senang ketika ayahnya memesan tiga tiket VIP untuk mereka. Mereka pun ikut menonton sang kapten melakukan pertandingan persahabatan dengan Timnas Indonesia. Saat sang kapten menyalami penonton yang duduk di area VIP tinggal 2 langkah didekat Dam, Ayah Dam menarik tangannya untuk pulang karena ibunya sedang sakit padahal tinggal beberapa detik lagi ia bisa bersalaman dan menyapa sang kapten. Tapi sayang, sang ayah dengan cepat menariknnya. Dengan kesal, Dam mengikuti ayahnya, ditambah kondisi ibunya yang semakin memburuk saat itu.
Dam sempat marah, tapi ia sadar bahwa kesehatan ibunya lebih penting meskipun ia sempat berpendapat bahwa ayahnya menghancurkan semua impiannya hanya dalam hitungan detik. Ketika lulus dari SMP, Dam langsung sekolah di Akademi Gajah yaitu sebuah sekolah dengan arsitektur kuno yang berada si luar kota. Ibunya sangat sedih karena harus berpisah dengan anaknya. Di Akademi gajah Dam dapat memilih mata pelajaran dan olahraga yang di sukainya dari menggambar sampai dengan memanah. Tapi Dam menjadi anak dengan pelanggaran yang ia ciptakan hampir setiap hari. Sampai pada suatu hari saat merayakan ulang tahun temannya Retro, ia mengambil makanan dari dapur umum serta menciptakan keributan di malam hari membuatnya dihukum untuk membersihkan dan menata dengan rapi buku-buku di perpustakaan selama 1 bulan. Ia menikmati hukuman tersebut bahkan ia bisa sambil menggambar desain dari ruang perpustakaan itu. Sampai suatu saat temannya Retro dihukum bersamanya, karena membaca sebuah buku kuno yang sangat berdebu menceritakan tentang lembah Bukhara . Dam sempat sekilas membacanya. Hampir semua sama dengan yang diceritakan ayahnya. Membuat Dam mulai bertanya-tanya apakah cerita-cerita sang ayah hanyalah dongeng semata. Dalam hatinya berteriak “AYAHKU BUKAN PEMBOHONG”.
Beranjak  dewasa, Dam mulai berhenti percaya pada cerita-cerita ayahnya. Semakin lama rasa tidak percaya berubah menjadi rasa benci pada ayahnya. Ia merasa ayahnya telah berbohong padanya sejak kecil dan ia tidak akan pernah bisa memaafkan ayahnya. Akhirnya Dam terus membenci ayahnya bahkan sampai ia sukses dan berumah tangga. Karena rasa benci itulah, ia mendidik anak-anaknya dengan keras, ia tidak suka ayahnya bercerita dengan Zas dan Qon, anaknya. Ia tidak pernah mau menjenguk ayahnya yang hidup sendiri di rumah tuanya, bahkan ia pernah mengusir ayahnya dari rumahnya karena kekesalan yang tidak tertahankan.
Setelah menikah dengan Taani teman sekolahnya waktu SMP yang merupakan anak dari pelatih renang Dam dulu, Dam dan Taani dikaruniai 2 orang anak yang bernama Zas dan Qon yang sangat lucu-lucu. Taani menjadi istri yang baik dan tidak pernah memisahkan anak-anaknya dengan sang kakek. Zas dan Qon sangat senang mendengar cerita-cerita sang kakek dan itu memicu pertengkaran dengan istrinya karena sang istri selalu membela bapak mertuanya itu.
Pada suatu malam Dam mengutarakan ketidaknyamanan atas cerita-cerita bohong sang ayah. Tapi sang ayah dengan lemah tapi tegas mengatakan bahwa ia tidak berbohong, tidak mungkin ia menceritakan kebohongan pada Zas dan Qon. dengan seribu alasan Dam mengatakan bahwa kebohongan itu bisa saja terjadi besok atau lusa. Dan lantas, itu membuat ayah Dam pergi dari rumah karena merasa kehadirannya tidak diinginkan oleh anaknya sendiri. Tanpa diketahui, ayahnya tidak pulang ke rumah mereka yang lama. Ternyata beliau pergi ke pusara sang istri dan akhirnya pingsan di sana.       
Mendengar itu, Dam dan Taani langsung ke rumah sakit. Ayahnya tidak sadarkan diri selama 12 jam. Setelah sadar ia memanggil Dam melalui dokter. Ayahnya meminta maaf telah menceritakan semua pengalaman hidupnya bahkan tetap menceritakan pada Dam saat istrinya melarangnya karena akibat yang nanti didapatkan dari ceritanya tersebut. Diwaktu-waktu sebelum meninggal beliau sempat menceritakan cerita terakhirnya pada Dam tentang danau para sufi dan berjanji sebelumnya bahwa itu cerita yang terakhir. Dam mendengarkannya dan menahan air mata untuk keluar. Sampai pada kesimpulan dari cerita danau para sufi tersebut, bahwa kebahagiaan itu sederhana, meskipun di luar sana banyak hal-hal yang kamu tidak suka asal mata air kebahagiaan itu timbul dari dalam hatimu maka kamu akan bahagia. Begitulah prinsip hidup kesederhanaan Ayah dan Ibu Dam selama ini.

Keesokan harinya pemakaman sang ayah digelar pagi hari. Berbondong-bondong semua orang datang dari berbagai pelosok bahkan orang-orang yang sama sekali tidak dikenal Dam. Berbagai kalangan ikut hadir bahkan mengalahkan keramaian saat sang kapten datang untuk melaksanakan pertandingan persahabatan dengan Timnas Indonesia. Tiba-tiba 9 layang-layang terbang diangkasa. Zas si anak sulung berbisik pada ayahnya, “Pa, jangan-jangan itu formasi layang-layang 9 klan suku penguasa angin. Mereka datang untuk melayat kakek”. Dam pun hanya tertawa getir mendengar celotehan anaknya tersebut. Tidak lama kemudian di tepi pemakaman terdengar orang berteriak dan seruan-seruan ramai disekitar pemakaman. Ternyata sang kapten bola legendaris datang bersama keponakannya, pemain hebat pula dengan nomor punggung 10 yang merupakan idola Zas dan Qon, datang ke pusara ayah Dam. Sang kapten menceritakan seperti apa yang diceritakan ayahnya dulu, bahwa ia bertemu ayahnya saat menjadi pengantar sup waktu kecil. Ia sangat bersemangat menceritakan bagaimana ayah Dam datang ke pendaftaran pemain sepak bola karena pada saat itu sang kapten ditolak, karena tinggi yang tidak memenuhi standar bahkan mengancam akan melapor ke komite bola pada saat itu. Ia juga menceritakan wejangan-wejangan serta semangat yang diberikan ayah Dam kepadanya serta kepada keponakannnya si nomor punggung 10. Mereka ingin sekali bertemu ayah Dam. Tetapi mereka putus kontak dan tidak mengetahui alamat ayah Dam. Untunglah setelah mencari sekian lama keponakan sang kapten menemukan alamat ayah Dam. Mereka datang disaat yang tidak tepat. Ayah Dam telah meninggal. Pada akhirnya, Dam terlambat menyadari kesalahannya. Saat ayahnya telah meninggal, Dam baru menyadari betapa berartinya ayah di kehidupannya.

Dengan tidak menyangka, Dam akhirnya tahu bahwa ayahnya bukan pembohong.


Unsur Instrinsik Novel
a.  Tema
Novel yang berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong bertema kesederhanaan hidup.
b.    Alur
Alur yang digunakan dalam novel berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong adalah alur maju mundur yang terkadang Dam (tokoh utama) kembali mengingat masa kecilnya dulu bersama sang ayah, ibu, dan teman-temannya.
c.      Penokohan dan Perwatakan
Ø  Dam                                       
·         Pantang menyerah
Bukti: Tangan dan kakiku terus mengayuh. Setengah jam berlalu, satu anak sudah berhenti di ujung kolam, tersengal, menyerah. Aku menggertakkan gigi. Aku bisa bertahan lebih lama dari itu. Lima belas menit kemudian, dua anak menyusul menyerah, berenang gontai ke tepi kolam dengan sisa-sisa tenaga. Ayolah, aku membujuk seluruh tubuhku, tinggal satu pesaing lagi, bertahan sebentar saja dan semua akan berhasil. (Halaman 27).
·         Mempunyai rasa ingin tahu tinggi
Bukti: Teruskan, Yah. Teruskan. Aku menunggu tidak sabar. (Halaman 13).
·         Pekerja keras
Bukti: “Kata siapa itu percuma?” aku menyergah. Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba tidak suka mendengar kalimat pesimis yang dikatakan ayah-apalagi dengan tabiat ayah yang selalu positif. “Aku sudah mengumpulkan uangnya, Yah. Aku akan melakukan apa saja agar Ibu bisa menjalani terapi itu.” (Halaman 232).
·         Suka menolong
Bukti: “Kalian bisa bantu sebentar?”, “Bantu apa?!” aku balas berteriak. Salah satu perahu merapat ke pinggir danau, menyilakan kami loncat ke dalamnya, mendayung kembali ke perahu satunya. “Banyak sekali ikan yang tersangkut di jaring, Kawan. Kami tidak cukup kuat menariknya. Kalian berdua bisa bantu? Tidak sulit, kalian hanya ikuti aba-aba. Salah satu dari kalian pindah ke perahu satunya biar seimbang.” Salah satu nelayan menjelaskan. Sore itu aku dan Retro menghabiskan waktu luang dengan berkutat menarik jaring-jaring. (Halaman 203).
·         Suka bertindak tanpa berpikir dahulu
Bukti: Aku tahu itu melanggar seluruh peraturan. Retro juga menyergahku, tidak percaya dengan rencana yang akan kulakukan. Ia mengingatkan semua pelanggaran yang kami lakukan tiga tahun terakhir: menonton Piala Dunia, merayakan ulang tahun di kamar, dan merusak alat praktik gravitasi. (Halaman 214).
·         Nekat
Bukti: “Gampang” Aku menyeringai lebar. “Kau tinggal melanggar peraturan asrama. Sebaiknya kejahatan level satu, itu lebih baik”. (Halaman 126).
Aku sebenarnya senang dihukum membantu dapur asrama. Bagaimana itu akan disebut hukuman, kalau setiap saat aku punya akses untuk mendapatkan makanan. (Halaman 113).
·         Suka ragu-ragu
Bukti: Kenapa ayah berbohong padaku? Anaknya satu-satunya? separuh hatiku membantah. Itu sekadar cerita yang berlebihan, tidak lebih tidak kurang, separuh hatiku yang lain membela. Ayah, kau pembohong, separuh hatiku yang lain tetap bersikukuh. Ayahku bukan pembohong, aku membantah. (Halaman 193).
·         Keras kepala
Bukti: “Ini rumahku, Yah.”. Aku menatap ayah, tidak peduli istriku yang meremas lenganku sampai merah, memberikan kode untuk lebih terkendali. “Kita mematuhi aturan main yang ada di bawah atap rumah ini. Karena dua bulan terakhir ini ayah tinggal bersama kami, ayah juga harus mematuhinya. Atau kalau tidak...” (Halaman 238).
Ø  Ayah Dam                             
·         Jujur
Bukti: “Cerita itu tidak bohong, Dam,” ayah berkata dengan suara bergetar (Halaman 238).
“ Itu bukan cerita bohong Dam,” Ayah menjawab pelan. “Bukankah kau sendiri yang kuliah di Akademi Gajah? Satu-satunya sekolah yang meluluskan muridnya tanpa ikut ujian akhir. Berburu di hutan, bangunan tua yang megah, guru-guru yang hebat. Dan bukankah kau diterima di jurusan arsitektur, jurusan terbaik universitas terbaik kota ini karena surat pengantar dari Akademi Gajah?”. (Halaman 278).
Ayah menggeleng “Aku tidak berbohong.” (Halaman 279).
·         Penyabar
Bukti:  “Baik... baiklah”. Ayah berdiri, matanya redup menatapku.
(Halaman 280).
·         Sederhana
Bukti: “Tidak usah. Aku akan menumpang angkutan umum. Mereka mungkin mau mengantar orang tua ini sampai ke rumah.” Ayah menggeleng. “Selamat tinggal.” (Halaman 280).
Ø  Ibu Dam                                
·         Perhatian
“Kau harus banyak istirahat, Dam, agar lekas pulih.” (Halaman 29).
·         Penyayang
Bukti: Ibu memelukku erat-erat, menciumi keningku, matanya juga basah. Ibu berbisik, “Kau anak yang baik, Dam. Kau akan selalu jadi anak yang baik.” (Halaman 58).
Ø  Zas                             
·         Mempunyai rasa ingin tahu tinggi
Bukti: “Rahasia apa?” Zas dan Qon tertarik-tidak ada anak-anak di atas dunia yang tidak tertarik dengan rahasia.
“Mencari tahu, Pa,” Zas menjawab pelan.
·         Bandel
Bukti: Di tempat itulah Zas berharap menemukan bukti bahwa cerita-cerita kakeknya sungguhan. Rasa penasaran itu tidak beda dengan yang aku alami dulu, dan mereka lebih nekat. Bolos dari sekolah. Berjam-jam berkutat memeriksa daftar buku, mencari di rak-rak, membaca bab-bab yang ada, berharap akan menemukan penjelasan. (Halaman 224).
Ø  Qon                                       
·         Penurut
Bukti: Qon takut-takut menyusul kakaknya. (Halaman 260).
Tanpa disuruh dua kali, Qon bergegas loncat. (Halaman 61).
·         Suka bertanya
Bukti: “Kakek juga memasukkan peta?” Qon menyela. “Buat apa?” (Halaman 135).
Ø  Taani (Istri dan teman Dam) 
·         Suka membantu
Bukti: Entahlah apa karena bujukan Taani atau karena aku memang berhak, pelatih memutuskan memberikan kesempatan kedua. (Halaman 41).
·         Supel
Bukti: Taani pandai membuatku akrab dengan mereka, menjelaskan banyak hal. (Halaman 250).
·         Keras kepala
Bukti: “Aku bukan anak kecil lagi, Dam. Aku tahu mana yang harus kupercayai dan mana yang tidak.” Taani menatapku galak, tidak ada tawar-menawar. (Halaman 264).
Ø  Jarjit                                     
·         Suka mengejek
Bukti: “Sepertinya dugaanku benar, Kawan. Rambut jeleknya membuat dia tenggelam. Meluncur ke bawah seperti patung batu.” Jarjit tertawa diikut kameradnya yang selalu setia. (Halaman 36).
Jarjit mengejekku Pengecut, Keriting, dan kalimat apa saja yang terlintas di kepalanya. (Halaman 64).
“Kau Pengecut!” Jarjit membentakku, ludahnya muncrat.
·         Iri
Bukti: “Semua orang seperti melindungi kau. Setiap kali kita berkelahi, kepala sekolah, papaku, mamaku, pelatih, semuanya bersepakat membela kau.” (Halaman 65).
·         Sombong
Bukti: “Sang Kapten memang jago sekali menyundul bola. Dua gol dari sundulan. Dia memang tinggi, aku sampai harus mendongak minta tanda tangannya dulu. Yah, tanda tangan di bola itu, yang kuminta langsung darinya, tahu kan?” Suara Jarjit terdengar di langit-langit kelas. (Halaman 21).
Ø  Retro                                    
·         Suka mengomel
Bukti: Retro hanya mengomel selama tiga hari. (Halaman 130).
·         Setia kawan
Bukti: Retro selalu mengikuti Dam saat senang bersama dan saat mereka dihukum ia juga ikut bertanggung jawab dan tidak menumpahkan hukuman itu hanya ke Dam saja. (Bukti tersirat).
·         Suka bercanda
Bukti: “Dia paling hebat di seluruh Akademi Gajah, Pak. Satu anak bisa membelah diri membunuh tiga ekor babi sekaligus.” Retro membual membuatku tertawa lebar. (Halaman 214).
Ø  Ayah Taani (Pak Pelatih)     
·         Tegas
Bukti: Aku jadi tahu bahwa pelatih yang tegas, keras, dan berwibawa itu adalah papa Taani. (Halaman 41).
“Kalau kau terlambat start lagi, kuikat kau di pinggir kolam sehari –semalam,” pelatih mengancam Jarjit. ‘Dan kau Dam, kalau kau tetap saja lamban seperti kura-kura, akan kupotong sendiri rambut keriting kau itu, dan sekali kupotong, rambut itu tidak akan pernah tumbuh keriting lagi.” (Halaman 100).
·         Galak
Bukti: Pelatih berseru galak, bergeming dari pinggir kolam. (Halaman 27).
Ø  Kepala Sekolah                    
·         Tegas
Bukti: Kepala Sekolah melarang kami membawa tustel dan peralatan elektronik. (Halaman 120).
“Kau harus membayar denda, Dam. Kami sudah bersepakat, itu hukuman kau.” Kepala Sekolah menengahi, melambaikan tangan menyuruh petugas perpustakaan menurunkan tongkatnya. (Halaman 200).


·         Baik hati
Bukti: “Ah ya, aku lupa, itu surat pengantar dari Akademi Gajah. Besok lusa kalau kau ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, kauberikan surat itu ke mereka. Ssstt, aku beritahu kau rahasia kecil sekolah kebanggan kita ini, bahkan universitas ternama di seluruh dunia tidak bisa mengabaikan surat pengantar Akademi Gajah.” Kepala Sekolah tersenyum. “Nah, Dam, selamat melanjutkan hidup. Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat. Kau akan menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.” (Halaman 242).
Ø  Petugas Perpustakaan          
·         Suka curiga
Bukti: “Tahan keretanya!” Petugas perpustakaan meneriaki pegawai peron yang siap memberikan kode jalan ke masinis. “Tahan keretanya sampai penjahat kecil ini mengembalikan bukuku.” (Halaman 170).
·         Suka menuduh orang lain
“Dasar tabiat buruk manusia, sekali membantah selamanya membantah. Kau sudah merusak dua buku itu. Halamannya terlipat. Jilidnya lepas. Belum lagi bukunya menjadi kuning kecokelatan. Terakhir aku melihatnya, buku itu masih wangi dan kesat.” Petugas mengacungkan tongkatnya. (Halaman 200).
d.    Sudut Pandang
Sudut pandang yang terdapat dalam novel berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong adalah orang pertama pelaku utama dimana Dam langsung menceritakan kisah hidupnya.
e.      Latar (Setting) Cerita
1.      Tempat
Ø  Rumah Dam
Bukti:
Dan di rumah ini, aku tidak akan membesarkan Zas dan Qon dengan dusta seperti yang dilakukan Ayah dulu kepadaku. (Halaman 7).
Ø  Sekolah waktu Dam kecil
Bukti:
Aku terlambat setengah jam. Ibu guru menyuruhku berdiri di pojok kelas.
(Halaman 20).
Ø  Klub renang
Bukti:
Kolam renang kota ramai oleh anak-anak. Beberapa diantaranya teman sekolahku. Orangtua dan penonton lainnya duduk di tribun, mengembangkan payung berwarna-warni. (Halaman 23).
Ø  Ruang Keluarga
Gerimis di luar mulai menderas. Ruang keluarga kami. (Halaman 30).
Ø  Stadion Sepakbola
Bukti:
Senja mulai membungkus kota. Cuaca cerah, hanya menyisakan awan jingga. Lampu stadion menyala terang. Beberapa petinggi memberikan sambutan. (Halaman 105).
Ø  Sekolah berasrama Akademi Gajah
Bukti:
Tiga tahun terakhir, sang kapten membawa negaranya menjuarai Piala Dunia-aku menonton siaran langsungnya di televisi asrama, yang seharga hukuman bekerja di dapur sekolah sebulan penuh. (Halaman 113).
Ø  Perpustakaan Sekolah Akademi Gajah
Bukti:
Aku dan Retro bersitatap sejenak. Terdiam. Ruangan perpustakaan terasa semakin lengang. (Halaman 141).
Ø  Ruang Kerja Dam
Bukti:
Ruang kerjaku, hari ini. (Halaman 218).
Ø  Universitas kota
Bukti:
Aku coba-coba memberanikan diri mendatangi kantor rektor universitas, menyerahkan surat itu. (Halaman 242).
Ø  Rumah Taani
Bukti:
Teoriku soal berkenalan dengan calon mertua berantakan, bahkan sebelum makan malam dimulai. Saat Taani sibuk mengenalkan aku ke seluruh anggota keluarganya, papa Taani berseru kencang. (Halaman 250).
Ø  Rumah Sakit
Bukti:
Di halaman rumah sakit, petugas yang menjaga pemakaman langsung menyongsong saat melihatku turun dari mobil, berkali-kali minta maaf, bilang dia seharusnya melarang ayah malam-malam hujan-hujanan masuk ke pemakaman kota. (Halaman 284).
Ø  Di sebuah pemakaman
Bukti:
Antrean pelayat mengular panjang. Pemakaman ini dihadiri walikota, keluarga besar Jarjit, teman-teman sekolahku, teman-teman klub renang, tetangga, kolega, dan kenalan ayah yang sebagian besar tidak kukenali. (Halaman 295).

2.      Waktu
Ø  Pagi hari
Masih pagi, sekolah belum ramai saat Taani tergopoh-gopoh datang. (Halaman 40).
Ø  Siang hari
Pulang sekolah, dengan menumpang angkutan umum, ayah menjemputku. Ia langsung mengantarku ke klub renang kota kami. (Halaman 22).
Ø  Sore hari
Sore ini kolam renang kota kami ramai. (Halaman 42).
Ø  Malam hari
Maka malam ini, ketika ayah dengan riang menemani anak-anakku, Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya, aku hanya menghela napas tidak suka. (Halaman 5).
Ø  Dini hari
Dini hari, pertandingan putaran kedua semifinal Liga Champions Eropa tiga puluh tahun lalu. “Bangun, Dam” ayah lembut menggerakkan bahuku. (Halaman 49).

3.      Suasana
Senang, Ramai, Hening, Tenteram, Tegang, Sedih, Duka.
f.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh berbagai jenis kalangan penikmat novel.
g.     Amanat
Ø  Bekerja keras dan tidak pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Seperti yang dilakukan Dam saat mengikuti tes seleksi masuk klub renang. Walaupun hujan mengguyur deras, serta Dam pernah gagal di tes seleksi tahun pertamanya masuk ke klub renang, ia tidak putus asa dengan memanfaatkan kesempatan kedua untuk mengikuti tes seleksi masuk klub renang lagi sampai saat celana renangnya sempat lepas, karena tali pinggangnya putus akibat ulah Jarjit. Dan ia tidak malu untuk meneruskan lomba agar dapat masuk ke klub renang tersebut.
Ø  Janganlah memendam sesuatu yang kita tidak tahu, teruslah cari jawaban dengan mencari bukti dan tidak malu untuk bertanya. Seperti saat Dam mulai ragu-ragu dengan cerita-cerita ayahnya. Ia mulai berprasangka buruk dan benci kepada ayahnya saat beranjak dewasa karena tidak segera mencari bukti ataupun bertanya secara langsung kepada ayahnya dan ia hanya memendam pertanyaan itu dikepalanya tentang cerita-cerita tersebut. Sampai suatu saat Dam terlambat menyadari kesalahannya bahwa ayahnya sebenarnya bukan pembohong.  
Ø  Janganlah iri dan dengki terhadap seseorang karena akan menimbulkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Seperti saat Jarjit sering dimarahi orang tuanya karena ia tidak seperti Dam yang baik dan penurut kepada kedua orangtuanya. Sehingga Jarjit menjadi iri kepada Dam karena orangtuanya telah membandingkan dirinya dengan Dam dan lebih membela Dam daripada dirinya.
Ø  Hormati dan jagalah perasaan orangtua bagaimanapun sifat mereka karena akan membuahkan hasil yang baik di masa depan. Jika saja Dam percaya akan cerita ayahnya, maka Dam tidak akan menyesal di lain hari dan tidak menyakiti perasaan ayahnya seperti saat Dam mengutarakan ketidaknyamanan dirinya terhadap cerita-cerita ayahnya yang ia anggap bohong belaka, sampai membuat ayahnya pergi dari rumah Dam karena merasa kehadirannya tidak diinginkan oleh anaknya.
Ø  Taatlah terhadap peraturan yang telah ditetapkan, entah itu di sekolah, di rumah maupun di mana saja karena sanksi akan berlaku bagi siapa saja yang melanggarnya. Seperti masuk sekolah tepat waktu agar tidak dihukum di depan kelas seperti Dam. Lalu tidak dihukum untuk membersihkan perpustakaan sekolah sebulan penuh karena Dam melanggar peraturan asrama sekolahnya dengan merayakan ulang tahun Retro di kamar milik Dam yang ramai-ramai dipenuhi teman-teman sekolahnya, padahal ulang tahun Retro masih dua minggu lagi.

Unsur Ekstrinsik Novel
a.     Nilai Ketuhanan
Ø  Selalu tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan seperti yang di anjurkan di agama kita karena setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Ø  Tidak iri dan dendam terhadap seseorang. Karena iri dan dendam tidak diperbolehkan dalam agama dan tidak ada manfaatnya.
Ø  Tetap tegar ketika nyawa seseorang yang kita sayangi telah kembali ke sisi-Nya. Agama menyuruh kita untuk tetap tegar dan tabah serta mendoakan seseorang yang telah kembali ke sisi-Nya.
b.    Nilai Sosial
Ø  Selalu menghormati orang tua kita.
Ø  Setia kawan terhadap teman.
Ø  Gotong-royong bersama-sama mencapai satu tujuan untuk kepentingan bersama.
c.      Nilai Moral
Ø  Menyadarkan kita tentang pentingnya keluarga, terutama ayah untuk selalu menghormati dan mematuhi segala keputusannya.
d.    Nilai Ekonomi
Ø  Mengajarkan kita bagaimana hidup mandiri dengan menghasilkan uang dari jerih payah sendiri. Seperti Dam yang rela mencari uang dengan meloper koran agar dapat menonton tur sepakbola idolanya. Selain itu Dam juga membayar denda dan mengumpulkan uang dengan cara bekerja membantu perkampungan dekat Akademi Gajah, serta memperoleh bonus dari hasil mengirimkan teman-temannya sebagai tenaga kerja tambahan untuk membantu perkampungan dekat Akademi Gajah yang kekurangan tenaga kerja banyak.
Ø  Hidup sederhana dan apa adanya, tidak menunjukkan kekayaannya.  Seperti ayah Dam yang hidup sederhana, dan Ibu Dam yang merupakan seorang mantan artis terkenal memilih untuk menikah dengan seorang yang biasa seperti ayah Dam, dengan tidak menunjukkan ketenaran beliau hanya karena beliau mantan seorang artis terkenal.
e.      Nilai Adat
Ø  Perempuan tidak boleh pulang larut malam, jika terpaksa maka hendaknya diantar seorang laki-laki atau teman. Seperti saat Taani diantar pulang oleh Dam setelah bertemu ayah Dam karena waktu sudah hampir larut malam.
Ø  Melamar perempuan sebelum menikah untuk memastikan hubungan percintaan agar tidak terjadi salah paham atau fitnah bagi orang disekitarnya. Seperti yang dilakukan Dam saat melamar Taani di rumah Taani. 

Keunggulan dan Kekurangan Isi Buku
·         Keunggulan
Alasan saya memilih novel ini karena banyak pelajaran yang dapat diambil, salah satunya bagaimana seharusnya kita bersikap kepada orang lain. Sangat inspiratif dan kaya akan nilai-nilai moral dalam setiap alurnya. Novel ini menyadarkan kita betapa pentingnya keluarga, terutama seorang ayah. Menyadarkan kita bahwa kita tetap harus menghormati dan menjaga perasaan orang tua, bagaimanapun sifat mereka dan menyadarkan kita akan hakikat kebahagiaan sejati yang selama ini disalahartikan orang. Alur novel ini kompleks, membuat pembaca tidak merasa jenuh karena jalan cerita yang selalu berubah dan banyak kejadian mengejutkan yang dialami Dam. Selain itu, novel ini sangat cocok untuk dibaca semua orang, tidak mengenal usia. Gaya bahasanya mudah dipahami dan banyak menyuguhkan kata-kata motivasi yang sangat menarik.
·         Kekurangan
Menceritakan tentang hal-hal yang ada di luar logika manusia, misalnya pada layang-layang besar yang dikendarai oleh suku penguasa angin seperti yang diceritakan oleh ayah Dam.
Saran Tambahan Pada Buku  
Diperjelas lagi bagian pemisahan cerita pada saat Dam menceritakan masa kecilnya dengan masa sekarang, karena agak membingungkan.

Daftar Pustaka
Liye, Tere. 2015. Ayahku (Bukan) Pembohong. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

2 komentar:

  1. selamat........
    Saat ini blog anda sudah mulai online........terimakasih anda sudah mengerjakan tugas TIK dengan baik, jangan lupa terus menulis dan berkreasi di blog ini....
    semoga sukses

    BalasHapus